web-1

Menghindari Konsumsi Daging Merah: Daging merah sebagai salah satu penyebab stroke dan kepikunan

Data epidemiologis menunjukkan bahwa negara-negara dengan konsumsi daging merah yang tinggi cenderung memiliki angka kejadian stroke dan demensia yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara yang mengonsumsi lebih sedikit daging merah. Misalnya, penelitian di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa menunjukkan bahwa populasi yang mengadopsi pola makan vegetarian atau berbasis tumbuhan memiliki risiko lebih rendah terhadap kedua kondisi ini. Temuan ini mendorong para ahli kesehatan untuk merekomendasikan pengurangan konsumsi daging merah sebagai bagian dari strategi pencegahan penyakit.

Buku ini ditulis dalam bentuk ilmiah populer, agar mudah dipahami oleh semua kalangan, baik para profesional kesehatan maupun masyarakat umum. Saya mengambil sumber data dari berbagai penelitian terpercaya yang terdaftar dalam www.scopus.com, yang merupakan salah satu basis data ilmiah terbesar di dunia.

Penulis: Dr. dr. Arman Yurisaldi Saleh, M.S., Sp.N. (Departemen Neurologi FK UPN Veteran Jakarta)

Editor: Dwi Arwandi Yogi Saputra, SKM, MKM (Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta)

PHYTONCIDE-FINAL

APLIKASI PHYTONCIDEUNTUK TERAPI DI RUMAH DAN HEALTH TOURISM: Perpaduan antara ilmiah dan seni dalam menata kebun untuk terapi

Buku ini, “Aplikasi Phytoncide untuk Terapi di Rumah dan Health Tourism”, adalah hasil dari penelitian yang mendalam dan komprehensif tentang topik ini, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang jelas dan aplikatif tentang bagaimana phytoncide dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.

Dalam buku ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek phytoncide, mulai dari jenis-jenisnya, efeknya pada tubuh manusia, hingga bagaimana mereka dapat diterapkan dalam konteks terapi rumah dan pariwisata kesehatan. Kami juga akan membahas bagaimana seni dan ilmu pengetahuan dapat digabungkan dalam merancang kebun yang tidak hanya indah, tetapi juga terapeutik.

krisis-dan-risiko_isbn

Komunikasi Krisis dan Risiko Pengalaman Sejumlah Organisasi dan Lembaga Negara

Dr. Aminah Swarnawati, M.Si.

Perkembangan teknologi mendisrupsi semua lini kehidupan, termasuk di dalamnya adalah arus informasi. Yang semula tersebar melalui televisi, frekuensi radio, media massa cetak dan online, kini sudah berubah. Dengan berbasis digital yang memanfaatkan jaringan internet, kini semua orang bisa mendapatkan informasi melalui berbagai platform media sosial, seperti Whatsapp, Twitter, Instagram, Tiktok, dan banyak lagi. Si penyebar informasi pun belum tentu orang yang ahli dan berkompeten di bidang itu. Bisa siapa saja. Asal informasi sudah tersebar, maka banyak orang akan langsung meresponsnya.

Proses penyebaran informasi yang demikian menandakan tak ada lagi yang bisa disembunyikan. Terlebih ketika suatu risiko terjadi, maka harus segera dikomunikasikan dengan baik sehingga antara pihak yang mengalami kerugian dan instansi yang terdampak atau menjadi penyebab risiko muncul, memiliki kesamaan pandangan dan sikap. Kemudian dikomunikasikan secara bijaksana, sehingga kemaslahatan semua pihak tercapai.

Namun sebaliknya, jika suatu risiko dibiarkan, tidak direspons dengan cepat, bahkan diabaikan, maka akan memunculkan risiko susulan. Semakin didiamkan akan semakin membesar, hingga tak terkendali. Dalam situasi demikian, maka terjadilah krisis. Terlepas dari fenomena tersebut, ada juga krisis yang terjadi secara tiba-tiba, misalkan bencana alam, kecelakaan yang menelan sejumlah korban jiwa, keracunan makanan yang tidak disangka, dan berbagai peristiwa tak terpikirkan yang menjadi sorotan banyak orang.

sakinah

Mengecap Sakinah Memaknai Nikah

Buku ini terbit sebagai bentuk rasa syukur saya karena dikelilingi oleh guru-guru hebat. Mereka bukan hanya tukang ngajar, tapi mereka semua adalah pejuang. Mereka yang mengajarkan saya arti kehidupan. Mungkin terdengar klise, tapi memang begitulah adanya.

Banyak pelajaran-pelajaran hidup yang saya dapatkan dari mereka. Oleh karena itu, sebagai bentuk rasa syukur tadi, saya ingin orang lain juga turut merasakannya, terkhusus buat mereka yang membaca buku ini. Saya mengharapkan bahwa kemanfaatan yang saya rasakan dapat pula dirasakan oleh yang lain.

omelas

The Ones Who Walk Away From OMELAS

⦁ Judul: Omelas
⦁ Penulis: Ursula K. Le Guim
⦁ ISBN: 978-602-61295-3-6
⦁ Penerbit: Mata Aksara


⦁ Sinopsis: Cerpen Omelas bercerita tentang berbagai orang yang mendatangi sebuah kota yang penuh kebahagiaan, melihat festival musim panas. Di sisi lain, Le Guin menghadirkan tokoh yang tidak bisa menikmati kebahagiaan. Ada seorang anak yang dikunci di sebuah tempat yang kotor dan penuh dengan penderitaan. Tragisnya, orang-orang mengetahuinya ketika mereka sudah dewasa.

Kata omelas sendiri bukan tanpa maksud. Omelas diambil dari sebuah kata Salem (Oregon) yang dieja dari belakang. Secara simbol bisa dimaksudnya dua sisi yang berseberangan atau kebahagiaan dan penderitaan. The Ones Who Walk Away From Omelas and Other Stories menyajikan 10 cerpen karya Ursula K Le Guin dari berbagai masa penerbitannya.

Karya-karya tersebut yakni 1). Semleys Necklace (Kalung Semley); 2). The Masters (Para Master); 3). Darkness Box (Kotak kegelapan); 4). The Rule of Names (Aturan Nama-Nama); 5). The Ones Who Walk Away from Omelas (Mereka yang meninggalkan Omelas); 6). The Day Before The Revolution (Hari Sebelum Revolusi); 7). She Unname Them (Dia Menghapus Nama Mereka); 8). The Stars Below (Kerlip Bintang di Dasar Bumi); 9). Elementals (Elemental); dan 10). The Nine Lives (Sembilan Nyawa).

WhatsApp Image 2024-06-24 at 4.26.11 PM

Seni Belajar Rempah Nusantara

Sebelum menjadi ilmuwan akademik, Saka paham bahwa dirinya harus menjadi ilmuwan organik dan manusia pra-mekanik (baca: tradisional). Dia perlu belajar tentang alam raya dengan segala pengamatan pancaindranya secara langsung.

Kemarin, kami bermain syahdu di bawah pohon Pala. Daunnya yang mungil dan pohonnya yang cukup rindang, menapis cahaya matahari dan menyaring angin udara radikal. Seru sekali kami berputar-putar dan berlarian mengelilingi pohon sarat sejarah itu.

Malam harinya, ketika kami bercerita ke Mbah Saka, ternyata Mbah juga menyimpan stok rempah-rempah itu. Tak hanya ingin pegang dan menghirup aromanya, bahkan anak 19 bulan itu menjilat biji pala yang sudah dikeringkan. Mukanya masam, mungkin dia merasakan getir aneh di bibirnya. Rempah yang lain juga diperlihatkan Mbah, ada lada, kayu manis, kapulaga, dan kembang lawang atau pekak.

Menarik diulik, rempah pala digunakan dalam berbagai hidangan untuk memberikan aroma dan rasa yang khas. Selain itu, rempah ini juga memiliki nilai historis dan budaya penting, serta digunakan dalam obat tradisional untuk keperluan medis.

Indonesia adalah salah satu produsen terbesar rempah pala di dunia, dengan Maluku dan Papua sebagai daerah utama penghasilnya. Pala telah menjadi bagian integral dari budaya dan sejarah Nusantara, dan kontribusinya terhadap kuliner dan industri rempah dunia cukup signifikan.

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa pala telah diperdagangkan dan digunakan oleh bangsa Mesir kuno sekitar 1500 SM. Namun, pala sebenarnya telah dikenal bahkan sebelumnya dalam budaya dan perdagangan di wilayah Asia Tenggara.

Secara filologis, ada rekam sejarah yang mencatat rempah dan wilayah Nusantara klasik di antaranya manuskrip Sulaiman As-Sirafi (w. 851) bertajuk “Akhbar al-Shin wa al-Hind”, Ibnu Khordadhbeh (w. 846) berjudul “Al-Masalik wa Mamalik”, Ibnu al-Faqih (w. 902) “Kitab Buldan”, dan Al-Mas’udi (w. 943) “Muruj az-Zahab”.

Catatan perjalanan ke Bumi Nusantara juga ditemukan dari lembaran pelancong Arab-Persia yakni Buzurgh Ibn Syahriyar Ramahurmuz (w. 1009) dalam bukunya “Aja’ib al-Hindi”. Kejayaan, sumber daya alam yang melimpah, masyarakat yang santun toleran, dan hewan tumbuhan yang ajaib (sering diasumsikan horor) dicatat sebagai sejarah bagi bangsa Arab.

Anthony Reid (2020: 35) mengisahkan bahwa rempah-rempah lebih menarik minat orang Eropa, karena ini barang langka berharga yang mereka tuju dengan beelayar melintasi bumi. Berbagai rempah lainnya digunakan sebagai bahan penyedap makanan dan obat-obatan seperti asam, kunyit, jahe, kemukus, dan calamus (Lodewycjsz 1958: 140 dan Dampier 1699: 88).

Nusantara dalam kurun niaga antara 1450-1680, dicatat oleh Onghokham dengan bahasa Melayu sebagai bahasa perantara (lingua franca) antara interaksi dagang China, India, dan Asia Tenggara. Banyak istilah Melayu yang memasuki bahasa Inggris seperti Kompong (Kampung atau Compound) atau Gudang (Godown).

Terlepas dari segala hal, kita adalah bangsa yang telah mengukir sejarah dengan martabat, dan takdir kita adalah meneruskan jejak kemartabatan ini. Seperti Saka yang penuh semangat dan rasa keingintahuan (curiosity) tinggi layaknya anak pada umumnya, kita sedang menjelajahi wilayah-wilayah yang belum terjamah, mencari celah untuk mengisinya dengan inovasi dan produksi yang tak tertandingi.

Salam
Bekasi, 28 Agustus 2023
Atunk F Karyadi